Dwi Apriani

PERTANIAN BERKELANJUTAN SISTEM MULTIPLE CROOPING
PAGUYUBAN PETANI ORGANIK ALAM LESTARI
POJOK-PAKEM-KALIURANG-YOGYAKARTA
Usaha di bidang pertanian  memiliki prospek yang baik untuk ke depannya. Ketersediaan sayuran sepanjang tahun merupakan persyaratan mutlak bagi kelangsungan usaha pertanian. Jumlah penduduk Indonesia dan tingkat kebutuhan akan sayuran terus mengalami peningkatan tiap tahunnya. Dari informasi yang diperoleh, kebutuhan akan sayuran mengalami peningkatan sebesar 12,13 % pertahun. Akan tetapi, pada kenyataannya produksi sayuran tidak berjalan seimbang dengan tingkat kebutuhan akan sayuran di pasar, dimana produksi sayuran masih mengalami penurunan pada tiap tahunnya
Sebagian besar sumber pangan berasal dari tanaman yang masuk pada kelompok sayuran. Banyaknya kebutuhan sayuran di Indonesia menyebabkan berbagai jenis sayuran dapat ditanam dan diusahakan dalam jumlah besar. Dalam bidang pertanian, masih banyak ditemukannya kendala dalam optimalisasi produktifitas sayuran. Semakin meningkatnya kebutuhan akan komoditas sayuran dan adanya kendala dalam optimalisasi produktifitas sayuran, maka diperlukan adanya upaya-upaya dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi tanaman sayuran. Salah satu bentuk sistem produksi yang sejalandengan prinsip pertanian berkelanjutan adalah pertanian organik dengan sistem Multiple Crooping.
Pertanian organik dengan sistem Multiple Crooping dikembangkan berdasarkan sejumlah prinsip dan gagasan yang diarahkan untuk menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan serta dapat membantu dalam meningkatkan optimalisasi komoditas sayuran yang beranekaragam (deversifikasi hasil)  dalam satu lahan.
Daerah Pakem-Kaliurang merupakan salah satu daerah yang subur dan banyak mengandung usur hara. Mayoritas penduduk daerah Pakem – Kaliurang adalah petani sayuran. Kelompok petani organik anggota Gereja Katolik Maria Assumpta “Paguyuban Petani Organik Alam Lestarimerupakan salah satu kelompok tani yang sudah menerapkan sistem pertanian berkelanjutan Multiple Crooping yang ada di daerah Pojok, Pakem, Kaliurang, Yogyakarta.
Kelompok tani tersebut mengelola lahan seluas ± 1.000 m2. Dimana luas lahan tersebut dibagi dalam pembuatan bedeng dan akses. Tanah diolah dengan dicampur pupuk organik dan dibuat bedeng. Antara bedeng yang satu dengan yang lain diberi jarak. Sedangkan untuk akses dibuat sebuah gubuk sebagai tempat pembibitan, pemupukan, dan penjualan hasil panen karena dekat dengan jalan raya.

Gambar : Pembuatan Bedeng Desa Pojok-Pakem
Gambar : Akses berupa Gubug
Pengelolaan lahan pertanian yaitu dengan memberikan nutrisi, pupuk organik, dan pupuk cair yang dapat dibuat dari dedaunan seperti, jantung pisang, cambah, gedang, daun kacang, rumput, kaliandra, dan clereside. Selain itu, untuk pengendalian hama digunakan pestisida alami dengan menggunakan daun tanaman creside, daun tanaman gamal, kunyit, jahe, urin sapi.
Gambar : Pembuatan Pestisida Alami
Untuk menjaga kelembaban tanah dan menjaga air di dalam tanah agar tidak banyak menguap maka digunakan mulsa.
Gambar : Penggunaan Mulsa pada Lahan Pertania
 Adanya pertanian berkelanjutan sistem Multiple Cropping mendatangkan banyak manfaat bagi lingkungan sekitar, yaitu :
a.    Mengurangi erosi tanah, menyuburkan dan memperbaiki struktur tanah
b.  Memperbaiki tata air pada tanah-tanah pertanian, termasuk meningkatkan pasokan  (infiltrasi) air ke dalam tanah sehingga cadangan air untuk pertumbuhan tanaman akan lebih tersedia
c.    Pengolahan tanah tidak perlu dilakukan berulang kali
d.   Memperkaya kandungan unsur hara antara lain nitrogen dan bahan organik.
e.    Tanah bisa ditanami secara terus menerus
f.     Mengurangi populasi hama dan penyakit tanaman

Daftar Pustaka :
Darius. 2011. Sistem Penanaman Ganda ( Multiple Cropping ). Dalam http://berusahatani.blogspot.com/2011/01/sistem-penanaman-ganda-multiple.html. Diunduh 24 November 2012.
Febriani, Hayyu. 2007. Dilema Petani Sayur.  Canopy. Tahun 2008, halaman 10.





Dwi Apriani

AGROWISATA TANAMAN OBAT
MERAPI FARMA HERBAL

Sebagai salah satu negara dengan keanekaragaman hayati melimpah, Indonesia belum bisa memasok tanaman obat dalam jumlah besar di kanca dunia. Padahal di alam sekitar kita banyak sekali ditemukan ragam tanaman obat. Sering kali kita mendengar di televisi ataupun media masa, negara tetangga yaitu Cina telah berhasil menghipnotis kalangan masyarakat dunia akan obat-obatan herbal yang mereka racik dengan alami. Di Indonesia sendiri sebenarnya sangat banyak masyarakat yang mengunakan obat-obatan produk alami, hanya saja pada kenyataannya belum bias dibarengi dengan tingkat konservasi tanaman obat secara serius. Di mana hal ini akan berpengaruh pada jumlah koleksi dan usaha pengembangan tanaman obat di Indonesia.
Tanaman obat adalah jenis tanaman yang salah satu, beberapa atau seluruh bagian tanaman mengandung senyawa aktif yang dapat memberikan pengaruh atau khasiat terhadap kesehatan, yaitu sebagai pemelihara, pencegahan dan penyembuh dari suatu penyakit. Kegiatan konservasi sumberdaya alam khususnya tanaman obat, bukan hanya pelestarian dan perlindungan saja, akan tetapi pemanfaatannya juga harus dilakukan secara bijak.
Salah satu agrowisata yang cukup dikenal oleh kalangan masyarakat Yogyakarta adalah Agrowisata Merapi Farma Herbal yang beralamat di desa Hargobinangun, Kaliurang, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Tempat ini terkenal akan sunguhan jamu godok alami yang langsung diracik dari alam. Merapi Farma Herbal merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang pengembangan obat-obatan tradisional yang ikut berperan aktif dalam memberikan pengetahuan mengenai obat-obatan tradisional kepada masyarakat. Merapi Farma Herbal berkomitmen untuk aktif dalam menjaga kelestarian tanaman obat tradisional, sehingga tempat ini dapat dijadikan tujuan wisata bagi yang ingin mendapatkan banyak pengetahuan tentang tanaman herbal.
Konservasi tanaman obat yang dilakukan oleh Merapi Farma Herbal yaitu dengan sistem budidaya. Kebun seluas ± 5.000 m2 memiliki beragam jenis tanaman obat yaitu berkisar 200 jenis tanaman obat. Budidaya tanaman obat dilakukan dengan 2 sistem penanaman yaitu Sistem Multiplecrooping ( Lebih dari satu jenis tanaman ) dan sistem penanaman biasa dengan media pot atau polibag.

 
Sistem budidaya dimaksudkan agar penanaman dan pengelolaan tanaman obat tetap berkesinambungan atau tetap berkelanjutan. Jumlah tanaman obat yang digunakan untuk pengolahan jamu tardisional diimbangi dengan jumlah penanaman tanaman obat. Dari segi penanaman tanaman obat, maka perlu adanya usaha untuk pengadaan pembibitan. Pengadaan pembibitan diadakan sendiri di lahan belakang Merapi Farma Herbal. Sebelum pengadaan pembibitan, maka tanah juga perlu diolah. Pengolahan tanah dilakukan dengan pencampuran tanah dengan pupuk kompos. Setelah itu, tanah dibuat bedeng dan siap dijadikan lahan pembibitan.

 
Selain pengolahan tanah, Merapi Farma Herbal juga memanfaatkan air dari aliran sungai dan aliran siring ( parit ) di sekitarnya yang kemudian dialirkan dengan selang ke tanaman obat. Selain itu, untuk menjaga kelembaban tanah dan menjaga air di dalam tanah agar tidak banyak menguap digunakan mulsa pada beberapa jenis tanaman obat.

Di Agrowisata Merapi Farma Herbal  kita bisa wisata menikmati alam segar dan jamu godok alami sembari mendapat pengetahuan tambahan tentang tanaman obat-obatan. Pengetahuan terhadap manfaat tanaman sangatlah penting. Dan bahkan jika kita berminat untuk mengenal lebih jauh mengenai tanaman obat tersebut maka pihak agrowisata akan memberikan pemandu pemandu yang telah berpengalaman.